EFG

Jumat, 28 Februari 2014

Fenomena Alam



KONDISI SEKITAR JALAN MALIOBORO PASCA TERKENA DAMPAK ABU VULKANIK GUNUNG KELUD 14 FEBRUARI 2014

Banyak yang memaknai meletusnya Gunung Kelud sebagai bencana. Padahal jika ditinjau dari ilmu kebumian, peristiwa ini merupakan pergerakan bumi yang normal terjadi. Yang menyebabkan orang berfikiran ini bencana adalah karena hasil dari letusan ini melebihi batas normal yang dapat mengganggu aktivitas manusia.
In front of "Pasar Kembang"

Gambar di atas di ambil pada hari pertama terkena dampak hujan abu dari Gunung Kelud sekitar pukul 09.00 WIB. Kondisi dari lingkungan sekitar Jalan Malioboro terlihat tidak kondusif. Maka jalan menuju Malioboro di tutup. Tetapi di sini terlihat beberapa petugas POLANTAS menggunkan mantel dan masker untuk berjaga. Ini disebabkan udara dan lingkungan sekitar telah tercemar oleh abu vulkanik yang berupa debu yang berukuran sangat kecil/halus ini dalam jumlah yang melebihi batas, sehingga mengganggu aktivitas manusia biasanya. Jarak pandang terjauh hanya mencapai 5 meter. Dan bau menyengat belerang sangat menyengat di hidung. Menyebabkan orang-orang pada hari itu memilih tetap tinggal di dalam rumah.


Malioboro Street
Keadaan Jalan Malioboro hari ke-2 setelah di buka. Para pengendara kendaraan bermotor menghidupkan lampu. Lampu kota maupun lampu kabut pada kendaraan roda empat. Jalan juga masih diselimuti abu tebal yang membuat jalan licin saat di lewati. Dan toko-toko belum ada yang buka.

Malioboro tourism

Para pelancong dari luar negeri ikut merasakan dampak abu dari Gunung Kelud dan terlihat masih menikmati liburannya.

Together cleaning the road
Kegiatan gotong royong oleh para relawan dari berbagai lapisan masyarakat pada hari Minggu 6 Februari 2014. Dengan menyiram seluruh bagian badan jalan kemudian menyapu dan setelah itu dimasukkan dalam karung. Pada saat seperti ini, siapa pun sangat berharap hujan air. Karena air dapat memadatkan abu yang bertebaran di udara dan membuat udara kembali segar.

0 komentar:

Posting Komentar